Kisah Aris, sang penghafal Qur'an yang tersesat di jalan yang benar
Muhamad Alfarisi atau yang dikenal Aris. Ia tidak bercita-cita menjadi Hafidz Al-Quran sebelumnya.
Ia lolos seleksi untuk program Beasiswa E-Tahfidz Dompet Dhuafa. Saat pendaftaran dan test seleksi akademik, ternyata formulir yang ia terima adalah formulir untuk E-Tahfidz. Ia kira formulir untuk seleksi Sekolah SMART Ekselensia, program pendidikan Dompet Dhuafa yang lain.
Awalnya galau, takut dan tidak percaya diri, karena saya tidak punya bekal hapalan sebelumnya. Pasalnya, menurut Aris, teman-temannya yang lain adalah penghafal Al-Quran.
"Setelah dua tahun berlalu, saya tetap ingin disini dan tidak ingin memutar haluan. Saya akan tetap menyesatkan diri di jalan ini, ikhtiar untuk menjadi penghafal Quran bersama teman-teman yang lain dan menjemput takdir saya menjadi Penghafal Quran." Ucap Aris dengan bangga.
Aris adalah satu dari kisah santri E-Tahfidz Pesantren Dompet Dhuafa. Saat ini satu angkatan baru menerima 10 orang saja karena ruang kelas dan asrama masih menyatu dengan Sekolah SMART Ekselensia di Bogor.
Kelak akan hadir bangku kosong untuk santriwan-santriwati penghapal Quran lainnya. Diatas lahan kosong 2 ha di Lido - Sukabumi akan dibangun Wakaf Pesantren untuk Penghafal Qur'an.
Mari terus bersamai kami dalam program Wakaf Pembangun Pesantren untuk Pengahafal Quran, setiap gema hapalan para santri akan menjadi pahala jariah untuk sahabat baik semua.